Monday, November 17, 2008

Aplikasi Teori Hebbs Dalam Penjas

KONTRIBUSI TEORI D. O. HEBBS DALAM PENJAS
Oleh: Paiman, Tonang J uniarta, Danang Kusuma Wardana
A. PENDAHULUAN
Pendidikan harus mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tetapi yang terjadi saat ini, aspek kognitif lebih menjadi fokus utama pembelajaran. Indikasi ini bisa kita lihat diantaranya dengan adanya sistem Ujian Nasional (UNAS) sebagai standar kelulusan. Kelulusan hanya ditentukan dengan beberapa mata pelajaran saja, dalam hal ini pendidikan jasmani tidak termasuk di dalamnya. UNAS akhir-akhir ini menjadi ”momok” yang menakutkan bagi siswa kelas XII khususnya, dan tidak sedikit kelas-kelas sebelumnya. Hal ini dikarenakan nilai minimal yang harus dicapai untuk mencapai kelulusan. Kondisi yang demikian memaksa anak untuk mencurahkan kemampuan maksimal untuk UNAS, bahkan jauh-jauh hari waktunya dihabiskan untuk persiapan UNAS. Di pihak lain orang tua juga menyadari bahwa UNAS seolah menjadi penentu nasib dan masa depan anak-anaknya. Orang tua rela mengeluarkan banyak uang untuk memasukkan anaknya ke lembaga-lembaga belajar. Hal ini berakibat kurangnya alokasi waktu untuk beraktivitas jasmani.
Jika dianalogikan pengetahuan adalah makanan untuk otak, aktivitas jasmani adalah makanan untuk jasmani atau fisik yang sama penting. Hal tersebut mempunyai implikasi bahwa pembinaan yang dilakukan juga harus seimbang dan tidak boleh berat sebelah. Pembinaan yang tidak tepat dan tidak proporsional, dalam hal ini ketidakseimbangan antara aktifitas otak dan aktivitas jasmani menyebabkan beberapa akibat yang tentu tidak kita harapkan diantaranya:
a. Ketidakstabilan emosional siswa yang dapat menimbulkan banyak permasalahan individu maupun kelompok, seperti halnya tawuran yang disebabkan ketidakstabilan emosi.
b. Banyaknya peristiwa kenakalan remaja, tawuran pelajar dan lain sebagainya bisa jadi sebagai pelampiasan anak-anak yang sebenarnya mempunyai kelebihan energi yang tidak tersalurkan lewat aktivitas jasmani sehingga diwujudkan dalam bentuk-bentuk seperti itu.
c. Aktivitas jasmani sangat lekat dengan jiwa sportifitas sebagai jiwa olahraga. Melalui aktivitas jasmani dapat mambentuk jiwa sportifitas pada anak. Jiwa sportifitas dan fairplay yang terbentuk melalui aktivitas jasmani diharapkan bisa terbawa dan diaplikasikan dalam kehidupan di masyarakat.
Salah satu ciri pendidikan adalah bahwa pendidikan harus humanis, artinya harus memperhatikan sisi-sisi manusia yang melekat pada setiap peserta didik. Setiap peserta didik melekat padanya potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menyadari hal tersebut sudah menjadi keharusan bahwa semua potensi harus dilakukan pembinaan sehingga akan terbentuk individu yang utuh, yaitu sehat jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang SISDIKNAS bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan meningkatkan kualitas hidup peserta didik. Dalam pelaksanaan pendidikan yang efektif diperlukan banyak kajian mengenai teori pembelajaran sehingga tercipta metode yang tepat untuk mencapai ekfektivitas pendidikan. Dalam hal ini akan dibahas khususnya bagaimana teori pembelajaran yang diungkapkan oleh Donald Olding Hebbs diterapkan dalam pembelajaran penjas. Dari uraian tersebut muncul beberapa pertanyaan yang akan menjadi kajian dari makalah ini. Bagaimana prinsip-prinsip teori pembelajaran yang diungkapkan oleh Hebbs? Bagaimana penerapan prinsip-prinsip teori Hebbs dalam penjas?

B. KAJIAN TEORI
Teori Belahan Otak

No comments:

Post a Comment