Salah
satu destinasi yagn tidak boleh terlewat adalah Direct Fabric Outlet (DFO).
Orang sini bilang tepatnya barang murah karena datang langsung dari pabrik. Di
tempat ini barang dijamin original.
Siang
itu, penuh semangat kami berombingan pergi ke DFO. Dengan bis kami kesana. Walupun
sama-sama belum tahu tempatnya, tapi kami yakin sampai sana karena sistem
angkutan umum yang sudah tertata rapi. Dengen kerapian sistem ini kami tidak
khawatir tersesat. Apalagi sudah mengunduh dan memasang aplikasi Trans link
yang berisi tentang petunjujuk angkutan bis di sini. Sekitar 30 menit bis
melaju, kami harus turun di daerah toombul. Dsaiana kami ganti armada bis yang
lain yang menuju ke DFO. Tak lama kami menunggu, bis datang tak jauh meleset
dari jadwal regulernya. Jadilah kami naik bis tersebut dan sekitar 15 m3nit
perjalan kami sampai di DFO. Ternyata tematnya memang besar. Tapi saya tidak
mengukur berapa hektar wilayah itu. Karena juga tidak penting bagi saya. Karena
yang terpenting adalah berburu barang murah.
Sesampai
disana ternyata pak ole selaku pimpinan rombongan tidak langsung menuju pintu
masuk DFO. Melainkan menuju bagungan yang berseberangna. Ternyata mau makan
siang dulu. Saya ikut saja sambil lihat-lihat situasi disana, ya orientasi
medan gitulah biar tahu. Saya mampir ke toko yang terlihat menjual berbagai
barang termasuk ada kacamata hitam yang saya cari. Kata pembimbing kami,
sebaiknya pakai kacamata hitam biar “aman”. Disitu juga tersedia glue yang saya
cari untuk ngelem cindera mata bebek saya yang patah pada bagian paruhnya. Setelah
saa tertinggal dari rombongan karena membeli barang yang saya cari. Saya nyusul
rombongan meskipun harus tengak tengok cari kemana perginya. Karena rombingan
jadi relatif mudah mencarinya, sebentar mencari langsung ketemu. Dari kejauhan
terlihat rombongan sebgaian makan restaurant diujung pandngan. Sebgain lain
masih duduk-dudk nampak menunggu sesutau. Ternyta mereka menunggu pesanan.
Penasaran saya lihat do daftar menu. Kaget melihatnya bercampur rasa senagn
karena ada makanan yang saya doyan, yaitu nasi goren malyasi. Tapi setelah
melihat dibagian lain ada sajian menu pork yang artinya masakan dari hewan
babi. Maka saya uraungkan niat utnuk pesan makan disitu. Ya sekedar jaga-jaga
saja. Karena tidak pesan makan dan terasa lapar. Maka saya pergi ke swalayan
yang tak jauh dari sini. Ternyata swalayan yang cukup besar dan lengkap. Tapi
bayak yang bertulkiskan bahasa china dan korea. Jadi tidak begitu paham. Saya
cari yang berbahasa inggirs saja yang relatif bisa kumengerti. Ketemulah disana
selai dan roti untuk elak makan di apartemen.
No comments:
Post a Comment