Thursday, September 26, 2019

Direct Fabric Outlet (DFO)




Salah satu destinasi yagn tidak boleh terlewat adalah Direct Fabric Outlet (DFO). Orang sini bilang tepatnya barang murah karena datang langsung dari pabrik. Di tempat ini barang dijamin original.
Siang itu, penuh semangat kami berombingan pergi ke DFO. Dengan bis kami kesana. Walupun sama-sama belum tahu tempatnya, tapi kami yakin sampai sana karena sistem angkutan umum yang sudah tertata rapi. Dengen kerapian sistem ini kami tidak khawatir tersesat. Apalagi sudah mengunduh dan memasang aplikasi Trans link yang berisi tentang petunjujuk angkutan bis di sini. Sekitar 30 menit bis melaju, kami harus turun di daerah toombul. Dsaiana kami ganti armada bis yang lain yang menuju ke DFO. Tak lama kami menunggu, bis datang tak jauh meleset dari jadwal regulernya. Jadilah kami naik bis tersebut dan sekitar 15 m3nit perjalan kami sampai di DFO. Ternyata tematnya memang besar. Tapi saya tidak mengukur berapa hektar wilayah itu. Karena juga tidak penting bagi saya. Karena yang terpenting adalah berburu barang murah.
Sesampai disana ternyata pak ole selaku pimpinan rombongan tidak langsung menuju pintu masuk DFO. Melainkan menuju bagungan yang berseberangna. Ternyata mau makan siang dulu. Saya ikut saja sambil lihat-lihat situasi disana, ya orientasi medan gitulah biar tahu. Saya mampir ke toko yang terlihat menjual berbagai barang termasuk ada kacamata hitam yang saya cari. Kata pembimbing kami, sebaiknya pakai kacamata hitam biar “aman”. Disitu juga tersedia glue yang saya cari untuk ngelem cindera mata bebek saya yang patah pada bagian paruhnya. Setelah saa tertinggal dari rombongan karena membeli barang yang saya cari. Saya nyusul rombongan meskipun harus tengak tengok cari kemana perginya. Karena rombingan jadi relatif mudah mencarinya, sebentar mencari langsung ketemu. Dari kejauhan terlihat rombongan sebgaian makan restaurant diujung pandngan. Sebgain lain masih duduk-dudk nampak menunggu sesutau. Ternyta mereka menunggu pesanan. Penasaran saya lihat do daftar menu. Kaget melihatnya bercampur rasa senagn karena ada makanan yang saya doyan, yaitu nasi goren malyasi. Tapi setelah melihat dibagian lain ada sajian menu pork yang artinya masakan dari hewan babi. Maka saya uraungkan niat utnuk pesan makan disitu. Ya sekedar jaga-jaga saja. Karena tidak pesan makan dan terasa lapar. Maka saya pergi ke swalayan yang tak jauh dari sini. Ternyata swalayan yang cukup besar dan lengkap. Tapi bayak yang bertulkiskan bahasa china dan korea. Jadi tidak begitu paham. Saya cari yang berbahasa inggirs saja yang relatif bisa kumengerti. Ketemulah disana selai dan roti untuk elak makan di apartemen.

No comments:

Post a Comment